ADAPTASI TANAMAN KLENGKENG DATARAN RENDAH
DI TANAH GARAM MADURA
1.
Indahnya tanaman ini
2.
Bisa tidak ya tumbuh dan berbuah dengan lebat
di Madura.
Tidak
dapat disangkal kekhawatiran tanaman tersebut hanya akan jadi penghijau
disekeliling rumah kita mengingat dekade yang lalu hampir tidak pernah ditemui
tanaman jenis ini bisa berbuah atau sekedar berbunga di tanah garam Madura,
walau dengan perlakuan yang ekstrim sampai pada perlukaan ( baca: penyiksaan)
batang atau pemotongan cabang. Kondisi ini hanya bisa dijelaskan dengan :
1. Tanaman
ini tanaman dataran tinggi, bahkan tanaman subtropis sehingga di dataran
tinggipun belum tentu tiap tahun berbuah
2. Tanaman
ini butuh pertemuan dua kelamin pada dua pohon berbeda (butuh kawin dengan
indukan lain)
Sehingga banyak dari
tanaman ini sampai berumur diatas 10 tahunan masih saja tidak berbuah sehingga
sebagian putus asa dan di tebang untuk diambil kayunya.
Perkembangan
teknologi pertanian sekarang begitu pesat terutama dibidang agriindustri salah
satunya adalah tanaman introduksi dari negara yang seiklim dengan Indonesia
bahkam klimatologinya sama dengan tanah Madura yang berciri :
1. Dataran rendah ± 200 mdpl
2. Udara/angin kering karena kelembaban rendah
3. Curah hujan agak rendah dan bulan hujan lebih
pendek
4. Tanah sering kekurangan air. Dibanyak tempat,
tanahnya batuan kapur. Bahkan didaerah pesisir udara dan airnya mengandung
garam.
Tapi
yang luar biasa adalah daya adaptasi tanaman klengkeng dataran rendah begitu
luar biasa. Ini dibuktikan dengan banyaknya tanaman yang dua tahun lalu ditanam
sekarang berbuah dengan lebatnya. Bahkan tanaman ini tergolong tidak kenal
musim karena kapan ia mau berbuah maka akan mengeluarkan bunga. Periode berbuah
yang mencapai 3-4 bulan membuat ia bisa berbuah hingga 3 kali dalam setahun.
Tapi rata-rata 2 kali dalam setahun. Semua tergantung pada intensitas
perawatan, air dan pemupukan tanaman.
Hal
yang paling membuat tercengang sebagian masyarakat yang menyaksikan juga adalah
kemampuan tanaman dijadikan tabulampot (tanaman buah dalam pot). Hanya
berikasar 7-12 bulan dari tanaman bibit okulasi/drafting tanaman ini sudah bisa
belajar berbuah walaupun hanya sebiji dua biji saja.
Namun
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman tabulampot di Madura
yaitu :
1. Porousitas
tanah.
Sudah
rahasia umum bahwa media tanam harus menggunakan tiga unsur dasar yaitu
pasir/sekam/arang sekam, kompos/bokashi, tanah. Tapi banyak yang belum
menyadari bahwa bertanam tabulampot di Madura harus sangat memperhatikan rasio
perbandingan komposisi media. Kalau di tulisan umumnya disebut perbandingan
2:1:1 sangat ideal untuk media. Kalau penulis berpendapat yang terbaik rasio
media adalah 1:1:1 dengan dasar pengalaman dan pertimbangan bahwa klimatologi
udara Madura lebih kering dan intensitas
panas lebih tinggi. Hal ini menimbulkan konsekuensi media menjadi lebih panas
dan jengah sehingga bisa mengurangi aktifitas perakaran karena terganggunya
sistem pengairan. Kondisi ini memaksa
kita untuk lebih sering menyiram tanaman dan “tidak tega” terhadap daun tanaman yang selalu menguning
saat bulan kemarau. Bahkan yang ironis adalah si empunya tanaman tidak mau lagi
memperhatikan tanamannya akhirnya layu sebelum berbunga dan mati. Padahal
membeli tabuampot tanaman ini sangat mahal apalagi saat ada untaian buah
dipermukaannya. Jadi menurut hemat penulis, porositas media dimadura harus
lebih rendah dibanding porositas media di pulau jawa umumnya supaya kehilangan
air tidak berlangsung terlalu cepat yang penting air tidak tergenang lebih dari
12 jam sehingga tidak merusak perakaran dan memancing mikroba merugikan.
2. Unsur
hara Mikro
Dari
semua itu, ini adalah pendapat berdasar pengalaman dan fakta di kebun
tabulampot penulis. Bagi yang punya pengalaman lain monggo. Wassalam.