Minggu, 10 November 2013

ADAPTASI TANAMAN KLENGKENG DATARAN RENDAH DI TANAH GARAM MADURA

ADAPTASI TANAMAN KLENGKENG DATARAN RENDAH
DI TANAH GARAM MADURA


Saat ada seseorang melihat keindahan tanaman si ”mata naga” berbuah dengan lebatnya, pertanyaan yang terlontar adalah :
1.           Indahnya tanaman ini
2.           Bisa tidak ya tumbuh dan berbuah dengan lebat di Madura.
Tidak dapat disangkal kekhawatiran tanaman tersebut hanya akan jadi penghijau disekeliling rumah kita mengingat dekade yang lalu hampir tidak pernah ditemui tanaman jenis ini bisa berbuah atau sekedar berbunga di tanah garam Madura, walau dengan perlakuan yang ekstrim sampai pada perlukaan ( baca: penyiksaan) batang atau pemotongan cabang. Kondisi ini hanya bisa dijelaskan dengan :
1.   Tanaman ini tanaman dataran tinggi, bahkan tanaman subtropis sehingga di dataran tinggipun belum tentu tiap tahun berbuah
2.   Tanaman ini butuh pertemuan dua kelamin pada dua pohon berbeda (butuh kawin dengan indukan lain)
Sehingga banyak dari tanaman ini sampai berumur diatas 10 tahunan masih saja tidak berbuah sehingga sebagian putus asa dan di tebang untuk diambil kayunya.
Perkembangan teknologi pertanian sekarang begitu pesat terutama dibidang agriindustri salah satunya adalah tanaman introduksi dari negara yang seiklim dengan Indonesia bahkam klimatologinya sama dengan tanah Madura yang berciri :
1.  Dataran rendah ± 200 mdpl
2.  Udara/angin kering karena kelembaban rendah
3.  Curah hujan agak rendah dan bulan hujan lebih pendek
4.  Tanah sering kekurangan air. Dibanyak tempat, tanahnya batuan kapur. Bahkan didaerah pesisir udara dan airnya mengandung garam.
Tapi yang luar biasa adalah daya adaptasi tanaman klengkeng dataran rendah begitu luar biasa. Ini dibuktikan dengan banyaknya tanaman yang dua tahun lalu ditanam sekarang berbuah dengan lebatnya. Bahkan tanaman ini tergolong tidak kenal musim karena kapan ia mau berbuah maka akan mengeluarkan bunga. Periode berbuah yang mencapai 3-4 bulan membuat ia bisa berbuah hingga 3 kali dalam setahun. Tapi rata-rata 2 kali dalam setahun. Semua tergantung pada intensitas perawatan, air dan pemupukan tanaman.
Hal yang paling membuat tercengang sebagian masyarakat yang menyaksikan juga adalah kemampuan tanaman dijadikan tabulampot (tanaman buah dalam pot). Hanya berikasar 7-12 bulan dari tanaman bibit okulasi/drafting tanaman ini sudah bisa belajar berbuah walaupun hanya sebiji dua biji saja. 
Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman tabulampot di Madura yaitu :

1.   Porousitas tanah.
Sudah rahasia umum bahwa media tanam harus menggunakan tiga unsur dasar yaitu pasir/sekam/arang sekam, kompos/bokashi, tanah. Tapi banyak yang belum menyadari bahwa bertanam tabulampot di Madura harus sangat memperhatikan rasio perbandingan komposisi media. Kalau di tulisan umumnya disebut perbandingan 2:1:1 sangat ideal untuk media. Kalau penulis berpendapat yang terbaik rasio media adalah 1:1:1 dengan dasar pengalaman dan pertimbangan bahwa klimatologi udara  Madura lebih kering dan intensitas panas lebih tinggi. Hal ini menimbulkan konsekuensi media menjadi lebih panas dan jengah sehingga bisa mengurangi aktifitas perakaran karena terganggunya sistem pengairan.   Kondisi ini memaksa kita untuk lebih sering menyiram tanaman dan “tidak tega”  terhadap daun tanaman yang selalu menguning saat bulan kemarau. Bahkan yang ironis adalah si empunya tanaman tidak mau lagi memperhatikan tanamannya akhirnya layu sebelum berbunga dan mati. Padahal membeli tabuampot tanaman ini sangat mahal apalagi saat ada untaian buah dipermukaannya. Jadi menurut hemat penulis, porositas media dimadura harus lebih rendah dibanding porositas media di pulau jawa umumnya supaya kehilangan air tidak berlangsung terlalu cepat yang penting air tidak tergenang lebih dari 12 jam sehingga tidak merusak perakaran dan memancing mikroba merugikan.

2.   Unsur hara Mikro

Kebiasaan menyiram tanaman tanpa terasa juga akan menggerus hara tanah makro (NPK) dan yang terpenting mikro. Walaupun kebutuhan hara mikro tidak seberapa tetapi ketiadaan unsur ini akan membuat tanaman merana bahkan hanya menjadi “bonsai”. Apa sebab ? jika tanaman kekurangan unsur mikro bahkan tidak ada, yang terjadi adalah akan tampak kejadian bagian tanaman yang terhambat bahkan berhenti pertumbuhan dan perkembangannya. Contoh kasus, boleh saja tanaman sudah keluar pucuk calon batang dan daun, tapi ditengah jalan daun yang keluar akan berwarna kuning kaku tanpa klorofil. Bahkan saat tanaman mengeluarkan bunga sekalipun, tiba-tiba rontok tanpa ampun hingga tinggal tangkai. Semua ini biangnya karena kekurangan unsur hara mikro. Juga kasus keasaman tanah meningkat sesuai dengan umur media karena perubahan keseimbangan ion. Karena itu menjaga asupan hara mikro menjadi perhatian yang sangat penting jika anda mau menanam tabulampot kelengkeng di tanah Madura. 
Dari semua itu, ini adalah pendapat berdasar pengalaman dan fakta di kebun tabulampot penulis. Bagi yang punya pengalaman lain monggo. Wassalam.


Selasa, 29 Oktober 2013

Stok & harga bibit tabulampot terbaru

             Stok & Keterangan Harga terbaru
No komoditas tinggi keterangan Harga
1 pingpong 1 m sedang 150rb
pingpong 0,4 m kecil  50rb 
pingpong pot 0,7 m besar 1 jtn200rb
2 jendral 1,5 m besar 250rb
3 diamond 0,4 m kecil 50rb
4 aroma durian 0,4 m kecil 50rb
aroma durian 1 m sedang 150rb
5 puan ray 0,4 m kecil 50rb
puan ray 1,5 m besar 175rb
punray bag besar besar 800rb
6 hawai 0,4 m kecil 100rb
hawai pot 0,5 m besar 1 jt
hawai 1 m sedang 175rb
7 jendral 0,4 m kecil 100rb
8 kristalin 0,4 m kecil 50rb
9 kio jay 2 m besar 500rb
10 irwin 2 m besar 500rb
11 cokanan 2 m besar 500rb
12 nangkadak 1 m sedang 60rb
13 sirsak 1 m sedang 60rb
14 putsa  1 m sedang 80rb
15 srikaya j rovi 1 m sedang 50rb
16 plum 0.5 m kecil 300rb
17 bawor 1,5 m besar 175rb